Natal (dari
bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah
hari raya bagi umat
Kristen. Setiap tahunnya umat Kristiani merayakan Natal pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.Namun sebenarnya kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember. Natal merupakan hari raya baru yang diadopsi dari tradisi
Romawi, sebagai perayaan
dies natalis solis invictus (hari kelahiran dewa matahari yang tak terkalahkan). Natal selalu dirayakan dengan pesta pora oleh para penyembah Dewa Matahari beserta teman-teman mereka yang beragama Kristen.
[1]
Kemungkinan besar Yesus sebenarnya tidak lahir pada tanggal 25 Desember, hal ini dibuktikan dengan cerita tentang para gembala yang sedang menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember hingga Januari, daerah Timur Tengah justru mengalami musim dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu tersebut.
Dalam tradisi
barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi Natal berasal dari tradisi pra-Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi Kristiani. Selain itu, peringatan Natal dalam tradisi barat (yang kian mendunia) ditandai dengan bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta datangnya
Santa Claus atau Sinterklas.
Pada negara-negara yang berbahasa Arab, hari raya ini disebut dengan
Idul Milad.
Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab
Matius (
Matius 1:18-2:23) dan
Lukas (
Lukas 2:1-21).
Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang
malaikat bahwa dia telah mengandung dari
Roh Kudus tanpa
persetubuhan. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di
Nazaret untuk berjalan ke kota
Betlehem untuk mendaftar dalam
sensus yang diperintahkan oleh
Agustus, Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah
palungan (malaf)
[2][3]. Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata,
Yudea, di kampung halaman
Daud, nenek moyang Yusuf, memenuhi nubuat
nabi Mikha (
Mikha 5:1-2. (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah Zebulon.)
Matius mencatat
silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan
orang-orang majus dari Timur -- yang diduga adalah Arabia atau Persia -- untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di
Yerusalem dan melaporkan kepada raja
Yudea,
Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat sebuah bintang -- yang sekarang disebut
Bintang Betlehem -- menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan
emas,
kemenyan, dan
mur kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke
Mesir untuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes
Arkhelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazaret.
Sisi lain dari cerita kelahiran Yesus yang disampaikan oleh kitab Injil adalah penyampaian berita itu oleh para
malaikat kepada para
gembala. Beberapa nyanyian Natal menyebutkan bahwa para gembala itu melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas kota Betlehem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke tempat kelahiran Yesus. Beberapa
astronom dan
sejarawan telah berusaha menjelaskan gabungan sejumlah peristiwa angkasa yang dapat ditelusuri yang mungkin dapat menerangkan penampakan bintang raksasa yang tidak pernah dilihat sebelumnya itu, namun mereka tidak mencapai kesepakatan tentang hal ini
[1]. Penampakan bintang itu sebenarnya menurut
Alkitab untuk membantu para orang majus mengetahui letak di mana Yesus dilahirkan agar kemudian dapat melaporkan kepada Herodes. Tetapi karena niat Herodes yang jahat, para orang majus tidak kembali melaporkan kepada Herodes.
Asal-mula peringatan Natal
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal.
Tanggal
Yusuf, Maria, dan bayi Yesus
Sudah bisa dipastikan tanggal
25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para
gembala masih menjaga dombanya dipadang rumput. (Injil Lukas 2:8). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi.
Dalam tradisi
Romawi pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian
Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari
titik balik musim dingin (
winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam
kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama
Kristen tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri,
Paus Julius I memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran
Yesus diperingati pada tanggal yang sama.
Pendapat lain mengatakan bahwa hari Natal ditetapkan jatuh pada tanggal 25 Desember pada
abad ke 4 oleh
kaisar Kristen pertama
Romawi,
Konstantin I. Tanggal 25 Desember tersebut dipilih sebagai Natal karena bertepatan dengan kelahiran
Dewa Matahari (
Natalis Solis Invicti atau
Sol Invictus atau
Saturnalia) yang disembah oleh bangsa Romawi. Perayaan Saturnalia sendiri dilakukan oleh orang Romawi kuno untuk memohon agar Matahari kembali kepada terangnya yang hangat(Posisi bumi pada bulan Desember menjauh dari matahari, seolah-olah mataharilah yang menjauh dari bumi).
Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal, yaitu aliran
Gereja Yesus Sejati,
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh,
Seventh Day Baptist (
Gereja Baptis Hari Ketujuh),
Saksi-Saksi Yehuwa,
United Church of God (
Perserikatan Gereja Tuhan),
Messianic Judaism (
Yahudi Mesianik), dan
Gereja Jemaat Allah Global Indonesia (Unitarian Indonesian Church).
Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen pada umumnya sepakat untuk menetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam
Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya
liturgis lain seperti
paskah dan
Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, dimana yang terpenting bukanlah ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari.
Tahun
Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama
Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan sekarang ini disebut juga
anno Domini (Tahun Tuhan).
Bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754
kalender Romawi itu adalah tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar
Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Di samping itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa
Kirenius (Gubenur dari
Siria) pertama kali menjalankan program
sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang bernama
Flavius Josephus, raja
Herodes meninggal dunia pada tahun 4 sebelum Masehi sehingga konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Tapi teori ini pun tidak benar, sebab ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya
gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di
Yerusalem pada tanggal
13 Maret tahun 4 sebelum Masehi, tetapi para ilmuwan sekarang telah membuktikan bahwa gerhana bulan tersebut terjadi bukan pada tanggal tersebut diatas melainkan pada tanggal
9 Januari tahun 1 SM.