Laman

Rabu, 22 Desember 2010

Ditemukan, Mumi Penguasa Mesir Purba

Mideast Egypt Mummy DiscoveryHanya diterangi oleh obor dan cahaya kamera, pekerja Mesir menemukan sakrofagus berusia 2600 tahun, Mumi ini terbungkus kanvas, merupakan bagian dari penggalian arkeologi di kedalaman 36 kaki di bawah situs purba, Saqqara,
Zahi Hawass, pimpinan tim arkeolog menyebut situs itu sebagai ruang penyimpanan mumi, sebab terdiri dari 8 sakrofagus dan 12 mumi. “Momen saat melihat temuan kita pertamakali adalah puncak kesenangan dari dunia arkeologi,” komentar Hawass. Temuan tersebut diprediksikan berasal dari tahun 640 sebelum masehi, atau zaman pemerintahan dinasti ke-26, kerajaan terakhir Mesir yang merdeka sebelum dijajah bangsa asing.
Menurut Hawass temuan ini sangat penting, sebab banyak situs purbakala lain di Saqqaea, sekitar 12 mil selatan Kairo, yang belum digali. Mumi tersebut diduga adalah makam para penguasa Memphis purba, ibukota kerajaan tua Mesir.
Di antara mumi itu terdapat juga mumi anjing peliharaan dan beberapa anak-anak. Kemungkinan besar mereka adalah sebuah keluarga besar yang kaya. “Hanya orang kaya saja yang memiliki sakrofagus yang terbuat dari Thebes,” jelas Hawass. Thebes adalah kota purba di sebelah barat Nil.
Diterjemahkan secara bebas dari Associated Press.
Foto: Associated Press.

Tersibak, Nenek Moyang Komodo

komodo1Komodo, hewan langka yang hanya ada di Indonesia selama ini menyimpan misteri asal muasalnya.  Selama ini ilmuwan mengira hewan dengan nama latin Varanus komodoensis itu merupakan hasil perkembangan dari nenek moyangnya yang berukuran lebih kecil yang terisolasi di kepulauan Indonesia. Mereka membesar sebagai respon untuk berkompetisi dengan predator lain.
Setelah melakukan penelitian selama tiga tahun belakangan ini, ilmuwan berhasil menggali fosil di Australia timur yang berusia sekitar 300.000-4 juta tahun lalu yang ternyata berasal dari nenek moyang komodo.
“Saat kami membandingkan fosil ini dengan tulang komodo masa kini, mereka sangat identikal,” jelas Scott Hocknull, pakar palaentologi vertebrata dari  Queensland Museum di Australia. Selama masa 4 juta tahun lalu, Australia menjadi tempat asal hewan melata terbesar, seperti Megalania dengan panjang 5 meter, yang mulai punah sejak 40.000 tahun lalu. “Kini kita juga tahu bahwa Australia adalah tempat asal muasal komodo,” jelas Hocknull.
Misteri Lain
Mereka mengatakan, nenek moyang komodo mencapai Indonesia, khususnya pulau Flores sejak 900.000 tahun lampau.  Sejak itu sepertinya ukuran tubuh mereka stabil hingga saat ini.
Menurut Hocknull, masih banyak misteri yang mereka belum ketahui mengenai bagian alam Indonesia dan Australia. Dalam beberapa tahun ini banyak penemuan penting di dua wilayah tersebut, termasuk spesies hominid, ‘dunia yang hilang’ di Papua Nugini dimana banyak dijumpa spesies baru, dan kini baru tersibat tentang nenek moyang komodo.
Pertanyaan terbesarnya adalah, kenapa wilayah Asia Tenggara dan Australia merupakan wilayah yang paling banyak dihuni spesies baru dan langka? Misteri lain adalah, mengapa komodo yang di masa lalu sudah punah di Australia bisa bertahan hidup di pulai terisolasi di Indonesia?
Diterjemahkan secara bebas dari Livescience.com
Foto:.indoflorestrip.com

Multitasking Sudah Ada Sejak Nenek Moyang Kita

mmediaBisa mengerjakan tugas dari bos, sekaligus main Facebook, chatting, dan browsing? Artinya kita punya kemampuan multitasking, mengerjakan banyak hal sekaligus dalam satu waktu. Rata-rata manusia modern dapat melakukannya. Jangan heran, sebab ternyata kemampuan itu sudah ada sejak zaman batu, tepatnya 70.000 tahun lalu. Ini dibuktikan dengan penemuan sejumlah benda tajam batu di gua Sibudu, dekat pantai samudera Hindia, Afrika Selatan.
Nenek moyang kita sudah mampu memadukan tanaman berperekat dan lemak yang dipanaskan bersamaan dan membuat lem kuat di zamannya, demikian ujar Lyn Wadley beserta dua rekannya dari University of the Witwatersrand di Johannesburg.
Serba Bisa
Lantas, dimana letak bukti kemampuan multitasking mereka? Secara sistematis, menciptakan lem purba dengan teknik Zaman Batu, dibutuhkan pengetahuan adanya bahan perekat alami dari pohon akasia. Bahan ini memiliki komposisi kimiawi beragam dan karakteristik. Untuk bisa menciptakan lem yang efektif, para pembuat lem zaman itu harus bisa menakar resep yang tepat. Di sinilah kemampuan melakukan banyak pekerjaan sekaligus dalam satu waktu sangat diperlukan.
Pembuat harus melakukan pengoplosan, sekaligus juga mengujicoba apakah bahan itu cukup kuat sebagai perekat, dibarengi juga kemampuan mengetahui komponen mana yang sudah cukup atau perlu ditambahkan lagi. Kemampuan multitasking macam ini ternyata sudah dimiliki oleh nenek moyang kita.
Detil dari temuan ini dipaparkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Wah, ternyata nenek moyang kita sudah cukup cerdas juga ya, dan kita harus berterima kasih karena mereka mewarisi kita kemampuan multitasking. Sehingga sampai hari ini kita bisa bekerja sambil chatting, Facebook, dan cek email juga.
Diterjermahkan secara bebas dari LiveScience.com.
Foto: businesweek

10 Missing Link Evolusi Manusia

cro-magnon-caverneNetsains.Com – Ilmu pengetahuan memang tak ada habisnya mengungkap misteri kehidupan. Namun ternyata masih ada saja mata rantai terputus alias missing link yang hadir di antara teori yang diciptakan para ilmuwan kita. Berikut ada 10 mata rantai terputus seputar evolusi manusia yang belum dapat ditemukan pemecahannya.
1. Neanderthal
Dikenal sebagai mahluk yang tahan pada hawa dingin, Neanderthal terlihat memiliki asal muasal yang berbeda dari manusia modern. Namun di beberapa hal mereka memiliki kesamaan dengan kita, misalnya mereka menguburkan orang mati, merawat sesamanya yang sakit, dan bahkan juga menguasai bahasa dan musik. Ilmuwan masih terus berusaha memecahkan missing link ini dengan meneliti genomnya.
2. Cro-Magnon
Manusia ini terlihat sangat identik dengan manusia modern, hidup di Eropa antara 35.000-10.000 tahun lalu. Lukisan di gua mereka serta pahatan yang dibuat dikenal sebagai contoh karya seni yang dibuat oleh manusia prasejarah.
3. Homo floresiensis
Selama berabad-abad, mitologi mengatakan bahwa ada mahluk menyerupai manusia namun berukuran lebih kecil yang disebut Ebu Gogo. Sangat sulit dipercaya bahwa mereka sungguhan ada, sampai pada tahun 2003 lalu ilmuwan menemukan fosilnya di Indonesia.
4. Homo erectus
Salah satu mitos paling terkenal mengenai spesies ini adalah, para lelakinya sering beradu tengkorak kepala sampai pecah untuk berebut perempuan. Homo erectus secara umum dipercaya sebagai nenek moyang langsung dari manusia modern, juga sebagai hominid pertama yang hidup di gua serta mengenal api.
5. Homo ergaster
Ilmuwan tidak bisa memutuskan apakah benar hominid asal Afrika ini adalah moyang awal manusia modern yang gagal. Mereka memiliki tengkorak kepala yang lebih tipis dari manusia, tapi juga andal menciptakan alat dan menggunakan api.
6. Homo habilis
Banyak ilmuwan yang yakin bahwa Homo habilis adalah rantai terputus antara hominid menyerupai kera seperti Lucy dan hominid yang lebih mirip manusia yang ekses setelahnya. Mereka memiliki tangan panjang seperti kera tapi berjalan dengan dua kaki dan mampu menciptakan alat-alat kasar.
7. Paranthropus bosei
Ini adalah spesies yang tidak terlalu pilih-pilih dalam hal makanan. Mereka terpisah dari jalur silsilah yang menuju ke manusia modern sejak 3 juta tahun lalu. Mereka hidup berdampingan dengan nenek moyang kita selama  beberapa juta tahun, tapi mati akibat gagal beradaptasi dengan pola makannya.
8. Paranthropus aethiopicus
Hominid menyerupai kera ini berjalan dengan dua kaki, hidup antara 2,8-2,2 juta tahun silam. Berdasar dari pengukuran tengkorak kepalanya, ilmuwan menyimpulkan bahwa spesies ini memiliki otak ukuran dewasa yang terkecil di antara otak hominid yang pernah ada.
9. Australopithecus africanus
Spesies asal Afrika ini adalah nenek moyang Lucy yang lebih awal, hidup di Afrika Selatan sekitar 2-3 juta tahun lalu. Ukuran otaknya lebih besar dari Lucy. Fitur tulang wajahnya juga lebih mirip manusia.
10. Australopithecus afarensis
Yang paling terkenal dari spesies ini adalah Lucy, fosil wanita dewasa yang ditemukan tahun 1974. Dinamai Lucy karena terispirasi dari lagu Beatles. Lucy hidup sekitar 3,18 juta tahun silam dan mampu berjalan dan berlari dengan dua kaki.
Apa hubungan semua spesies itu dengan kita, manusia modern? Nah, itulah mata rantai terputus yang masih terus berusaha dicari “sambungannya” oleh para ilmuwan kita.
Diterjemahkan secara bebas dari Livescience.com
foto:astrosurf.com

Bukti Pembunuhan Neandertal oleh Manusia

neanderthalDi zaman modern ini, manusia bertanggung jawab atas rusaknya lingkungan dan punahnya banyak spesies flora dan fauna. Namun, tahukah anda, bahwa sifat destruktif manusia tersebut sudah ada sejak awal manusia modern menghuni bumi ini? Bagaimanakah sejarahnya?
Analisa anyar terhadap artefak yang aja menunjukkan, bahwa manusia modern membunuh orang Neandertal di daerah Irak, sekitar 50,000 sampai 75,000 tahun yang lalu. Penemuan ini memperkuat teori, bahwa manusia modern membantu untuk membuat orang Neandertal punah.
Senjata yang dipilih oleh manusia untuk itu: Tombak yang dilempar. Bukti: Luka parah yang ditemukan pada tengkorak Neandertal. Korban adalah lelaki berusia 40 sampai 50 tahun, yang diberi nama ilmuwan Shanidar 3, dan memiliki tanda arthritis, dan sayatan yang dalam pada iga kiri ke sembilan.
‘ Kita menemukan luka di iga, dengan beberapa skenario yang dapat menjelaskannya,’ kata peneliti Steven Churchill, profesor asociate antropologi evolusi pada Universitas Duke di Carolina Utara. ‘Kami tidak mengatakan bahwa terjadi ‘blitzkrieg’, dimana manusia modern melakukan invasi dan mengeksekusi Neandertal. Saya hanya manu menegaskan hal ini.’
Namun dia menambahkan,’Kami pikir, bahwa penjelasan dari keberadaan luka ini adalah senjata proyektil, dan berdasarkan bukti siapa yang mampu melakukannya, dan siapa yang tidak, ini paling tidak mengimplikasikan satu aksi agresi antar spesies.’ Kata Neandertal mengacu pada spesies yang sama, Homo neanderthalensis, yang hidup pada dataran Eropa dan sebagian Asia dari 230,000 tahun yang lalu. Mereka menghilang dari catatan fosil sekitar 20,000 tahun yang lalu.
Masa lalu penuh kekerasan
Peneliti sedang melanjutkan untuk mengkaji ulang pemahaman mereka terhadap Homo sapiens (manusia modern) awal dan Neandertal, dengan harapan untuk memecahkan misteri, mengapa spesies yang belakangan itu punah, sementara kita tidak demikian. Penelitian yang sebelumnya sudah menyajikan bukti yang penuh kontradiksi terhadap kawin campur diantara kedua spesies itu, namun kajian terakhir ini jelas menunjukkan kebalikannya.
Faktanya, Tengkorak Neandertal dari 36,000 tahun yang lalu dan ditemukan di Perancis menunjukkan keberadaan luka yang disebabkan oleh benda tajam, yang dapat dilakukan oleh manusia modern pada waktu itu, kata Churchill. ‘Jadi, jika kasus Shanidar 3 juga adalah kasus kekerasan yg serupa, dan jika waktu hidup Shanidar 3 tumpang tindih dengan manusia modern, kita sudah mulai mendapatkan sedikit pola menarik disini,’ kata Churchill. Kompetisi untuk mendapatkan sumber daya alam dengan manusia modern, juga beberapa faktor, juga memaikan peran dalam punahnya Neandertal, kata peneliti.
Simulasi Penusukan
Churchill dan kolega telah mengobservasi Shanidar 3, satu dari sembilan Neandertal yang ditemukan antara 1953 dan 1960 pada gua di timur laut Pegunungan Zagros di Irak. Tim tersebut juga melakukan percobaan dengan panah yang telah dikalibrasi, yang mereka gunakan untuk melemparkan tombak berujung batu dengan berbagai daya, untuk mensimulasi tusukan tombak, dan senjata proyektik jangka panjang seperti dart.
Senjata tersebut ditusukkan pada babi dan binatang lain. ‘Babi merupakan model yang sangat baik bagi thoraks Neandertal,’ kata Churchill. ‘Iga mereka memiliki ukuran dan kekenyalan yang serupa’. Kemudian, peneliti membandingkan luka yang dibuat dari berbagai skenario, dan menemukan bahwa tusukan tombak telah membuat banyak kerusakan, dan telah merusak iga dalam jumlah banyak. ‘ Dengan senjata proyektil, walaupun ia jauh lebih cepat, namun lebih ringan dan membuat potongan khusus pada tulang, tanpa melukai tulang sekitarnya. Hal demikian yang kami saksikan pada Shanidar 3,’ kata Churchill.
Penjabaran Kasus
Analisis tersebut juga menunjukkan bahwa iga Neandertal mulai sembuh dari lukanya, sebelum ia meninggal. Dengan membandingkan luka tersebut dengan catatan medis dari luka pada perang saudara Amerika Serikat, waktu dimana antibiotik belum ditemukan, peneliti menemukan bahwa Neandertal tersebut kemungkinan meninggal dalam hitungan sekian minggu setelah terluka, diasumsikan karena kerusakan paru-paru akibat tusukan.
Sehubungan dengan tombak, semenjak manusia modern mampu mengembangkan senjata proyektil berburu, dan Neandertal tidak demikian, maka peneliti mendeduksi tersangka utama dari pembunuhan tersebut, yaitu manusia modern. Manusia modern menggunakan pelempar tombak, dengan pegangan yang terhubung untuk memberikan kekuatan besar pada misil tersebut. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi persenjataan manusia modern, Neandertal terus menggunakan tombak konvensional untuk berburu.
Kajian ini telah dipublikasikan pada Journal of Human Evolutio
Diterjemahkan dari http://www.livescience.com/history/090721-neanderthal-murder.html
Sumber foto: mrbarlow.files.wordpress.com/

Kebaikan VS Kejahatan: Suatu Manifestasi Genetik

Suatu penelitian yang telah dilakukan tahun ini menemukan, bahwa orang baik-baik maupun orang jahat, keduanya cenderung untuk mencapai suatu keseimbangan moral. Hal itu dicapai dengan cara melanggar peraturan bagi yang pertama, dan mengikuti peraturan bagi yang terakhir.
Jika mengkaji tema tersebut secara ekstrim, kita dapat berpikir bahwa orang anti sosial dan altruistik dapat melakukan hal yang bertentangan dengan sifat mereka. Namun riset membuktikan bahwa hal itu tidak terjadi.
‘ Bukankah kemungkinan seorang pembunuh serial untuk berlari kedalam gedung yang terbakar, untuk menyelamatkan seorang anak adalah sangat kecil?’ Demikian tulis Andrea Kuszewski pada ScientificBlogging. ‘Dan bukankah seorang pahlawan adalah orang yang paling tidak mungkin untuk melanggar peraturan?’
Namun. ,menurut kajian yang dilakukan Kuszewski, tidak demikian halnya.
‘Kepribadian adalah hal yang dapat diturunkan,’ tulis dia. ‘Namun, materi genetik yang sama diatur dengan cara yang berbeda, dan dapat terekspresi pada fenotip berbeda: individu yang sangat jahat ataupun yang sangat baik.’
Bahkan, menurut ilmuwan, seleksi alam telah membuat kita heran, dikarenakan produk sampingan dari otak kita yang besar. Masih perlu diselidiki lagi, sampai sejauh mana faktor lingkungan berpengaruh pada pilihan moral seseorang.
Diterjemahkan dari:
Good versus Evil: The fine Genetik line, Robert Boy Britt
Sumber foto: http://fc06.deviantart.com/

Rahasia Lukisan Mesir Kuno

SetiNetsains.Com – Pada tahun 5000 SM, bangsa Mesir adalah bangsa yang telah memiliki peradaban yang mantap. Selama berabad-abad hingga kini, peninggalan peradaban Mesir kuno telah diakui sebagai peninggalan yang mengagumkan. Termasuk lukisan di dinding-dinding batu yang menghiasi bangunan serta makam-makam para raja dan bangsawan Mesir.
Lukisan-lukisan yang didominasi oleh profil-profil manusia ini, memiliki ciri yang amat khas dalam penggambarannya. Kedua tangan memiliki sisi yang sama dengan panjang jari yang sama, dada menghadap ke depan, namun kedua kaki dan kepala menghadap ke samping, serta profil mata yang digambar dengan perspektif depan. Gaya lukis ini tentu saja tidak menggambarkan perspektif manusia yang tepat. Seniman Mesir tampaknya berusaha menggambar profil tubuh manusia sejelas-jelasnya sehingga harus menggabungkan berbagai perspektif fitur tubuh dalam satu profil lukis. Selama 3000 tahun ke depan, para seniman Mesir kuno tetap mempertahankan gaya lukis ini.
Mengapa gaya lukis bangsa Mesir kuno sepert ini? Jawabannya ditemukan pada makam seorang pendeta bernama Ramose. Adik Ramose adalah seorang kepala seniman bagi Firaun. Sebelum kematian Ramose, adiknya menghiasi makam dengan berbagai lukisan dan relief yang indah. Sebelum karya itu berhasil diselesaikan, Firaun meninggal, sehingga Ramose kehilangan pekerjaannya. Lukisan yang dipersiapkan untuk menghiasi makamnya kelak pun, terhenti dan tidak selesai. Dari sinilah terlihat, di sepanjang dinding lukis yang belum selesai, terdapat garis-garis halus berwarna merah yang membentuk sebuah pola kotak-kotak simetris.
Arkeolog pun mencocokkan profil manusia dalam lukisan-lukisan Mesir lainnya, dengan kotak-kotak simetris yang terdapat pada dinding lukis yang belum selesai. Ternyata setiap profil lukisan yang ada memiliki ukuran yang sama dari berbagai skala. Ukuran untuk mata, kepala, tungkai kaki, tinggi tubuh, tangan dan seterusnya. Kotak ukur untuk masing-masing bagian tubuh inilah yang menyebabkan profil manusia pada lukisan Mesir tidak dapat dibuat dengan perspektif realistis.
Karya-karya seni ini merupakan salah satu perwujudan obsesi bangsa Mesir akan konsistensi dan keteraturan. Nilai budaya inilah yang selama berabad-abad membuat lukisan dinding bangsa Mesir memiliki pola yang sama.
Referensi:
BBC series, How Art Made the World
Sumber gambar:
http://www.archaeological.boardboat.com

Lahirnya Gambar dan Mengapa Manusia Menciptakannya

Lahirnya_Gambar_dan_Mengapa_Manusia_Menciptakannya
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak bisa lepas dari perpaduan titik, garis, bidang dan warna yang membentuk sebuah citra dan arti, yang kita namakan dengan ‘gambar’ (picture/image). Baik dalam bentuk sederhana pada rambu lalu lintas, hingga bentuk yang lebih menarik pada pakaian, hiasan rumah, aksesori, maupun pada benda-benda lain di sekitar kita.
Bagaimana seandainya gambar tidak pernah ada dalam hidup kita? Jauh di masa prasejarah,  selama lebih dari 100.000 tahun yang lalu, begitulah hidup manusia. Tidak ada gambar sama sekali. Imageless.
Hingga sekitar 35.000 tahun lalu dalam sejarah peradaban, manusia mulai menciptakan gambar untuk mencitrakan dan mengartikan sesuatu. Oleh para arkeolog, periode ini disebut ‘ledakan kreatif’ (creative explosion period).
Pada tahun 1879, seorang arkeolog amatir bernama Marcelino De Sautuola dan putrinya Maria, menemukan lukisan/gambar sekumpulan Auroch (sejenis lembu ox yang sudah lama punah) di goa Altamira, Spanyol Utara. Penemuan ini tidak dipercaya keasliannya karena gambar-gambar di goa tersebut terlalu bagus untuk seniman prasejarah.
Hingga beberapa dekade ke depan, penemuan-penemuan lukisan goa terjadi. Salah satu gambar tertua yang paling terkenal adalah gambar di goa Lascaux, Perancis yang ditemukan pada tahun 1940. Dinding goa tersebut penuh dengan gambar mammoth, bison, rusa kutub dan kuda. Diduga alat-alat yang digunakan untuk melukis adalah tulang berbentuk datar sebagai palet, alang-alang atau bulu digunakan sebagai kuas dan tumbuh-tumbuhan digunakan sebagai sumber pewarna.
Kembali pada definisi gambar. Gambar adalah perpaduan titik, garis, bidang dan warna yang dikomposisikan untuk mencitrakan sesuatu. Bagaimana manusia yang tidak pernah melihat gambar sebelumnya, terpikir untuk menciptakan gambar dan darimana asal muasal ide untuk menciptakan sebuah gambar?
Pada abad ke-20, Henri Breuil, seorang pastur Perancis yang juga merupakan pakar terkemuka dalam seni goa, menyatakan teori bahwa sama seperti seniman-seniman di masa kini yang menggambar ulang keadaan lingkungan di sekitarnya, seniman-seniman prasejarah juga menggambar/melukiskan kehidupan lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini adalah berburu. Menurutnya, seniman prasejarah memiliki kepercayaan bahwa, gambar-gambar hewan tersebut akan membantu mereka untuk memperoleh banyak hewan buruan.
Namun, teori ini gagal karena tulang belulang di sekitar goa yang diduga adalah hewan buruan dan makanan manusia prasejarah, bukanlah merupakan tulang hewan-hewan yang digambarkan di dinding goa, yang pada awalnya diduga sebagai gambar hewan buruan. Selain itu, para seniman pada zaman ini menggambar di goa yang sempit dan gelap, yang tentu saja jauh dari perhatian manusia pemburu lainnya, yang juga ingin memperoleh banyak hewan buruan.
Beberapa tahun lalu, muncul sebuah gagasan revolusioner untuk memecahkan pertanyaan tersebut. Terinspirasi dari lukisan-lukisan serupa yang tampak seperti gambaran berburu, yang dibuat oleh suku San atau biasa dikenal dengan Bushmen beberapa ratus tahun lalu, di tebing Drakensberg, Afrika Selatan.
Salah seorang peneliti lukisan goa, David Lewis Williams menjabarkan, suku San percaya bahwa manusia hidup dapat meninggalkan tubuh dan berjalan mengunjungi dunia roh. Hal ini terjadi ketika dalam keadaan trans (trance) atau biasa disebut dengan kesadaran yang berubah. Tradisi ini biasa dilakukan oleh tabib dari suku San untuk menyembuhkan salah satu anggota keluarga suku tersebut.
Ternyata, lukisan suku San beberapa ratus tahun lalu tersebut bukanlah menggambarkan kehidupan sehari-hari. Tetapi merupakan pengalaman halusinasi mereka ketika sedang berada dalam keadaan trans.
Teori baru muncul, berdasarkan kesamaan pola lukisan yang terdapat pada lukisan suku San yang hanya berusia ratusan tahun di Afrika, dengan pola lukisan beribu-ribu tahun lalu di Eropa. Kesamaan tersebut selain objek utama merupakan hewan yang kuat juga bentuk pola-pola lain seperti bulat-bulat, garis-garis zig-zag dan bintik-bintik yang tampak digambarkan seperti motif di dinding goa.
Lalu apa yang menyebabkan manusia di lokasi dan waktu yang berbeda dapat menciptakan bentuk gambar yang sejenis? David Lewis Williams kemudian menyatakan, jawabannya adalah pada kesamaan otak seniman tersebut.
Dr. Dominic Ffytch dari Institute of Psychiatry di London menyatakan bahwa, ada bagian otak yang dapat mempengaruhi visualisasi seseorang, terlepas dari riwayat kesehatan matanya.  Untuk membuktikan hal ini, sukarelawan diminta mengenakan sepasang kacamata khusus yang dapat menstimulus bagian visual pada otak, dengan mata tertutup. Kacamata khusus tersebut tersambung dengan komputer yang mengatur jumlah kilatan cahaya yang diberikan pada sukarelawan tiap detik. Stimulus yang diberikan pada otak tersebut menyebabkan sukarelawan dapat ‘melihat’ bentuk walaupun dengan mata tertutup. Pola yang dilihat sama, seperti bulatan, warna-warni spektrum, garis-garis, kotak hitam putih dan jaring-jaring.
Ffytch menerangkan, hal ini bisa terjadi karena tampaknya ada bagian otak kita  yang mewakili bentuk-bentuk/pola-pola tersebut. Siapapun yang bagian otaknya tersebut terstimulus, maka akan memperoleh visual serupa. Dalam keadaan trans, bagian otak ini pulalah yang juga terstimulus. Begitu pula ketika mata dalam keadaan ‘lemah’ seperti tertutup atau di ruang gelap, bagian otak ini akan terstimulus dan dapat melihat pola-pola yang sama ketika berada dalam keadaan trans.
Hal inilah yang menjelaskan, kenapa lukisan suku San bisa berpola sama dengan para seniman prasejarah yang melukis di goa gelap yang sempit. Para seniman prasejarah, kehilangan kemampuan indera matanya ketika berada di dalam goa gelap dan otaknya terstimulus untuk berhalusinasi. Itulah mengapa para seniman yang masuk ke dalam goa tanpa cahaya sama sekali, mungkin melihat bentuk-bentuk yang sama. Halusinasi ini didukung pula oleh pengalaman kebudayaan mereka, yang juga berperan penting sebagai referensi penciptaan visualisasi tersebut. Yaitu hewan-hewan kuat yang dikagumi seperti Aurochs di Spanyol, Mamot di Perancis dan Eland di Afrika.
Lahirnya gambar pertama kali bukan dari pikiran tiba-tiba oleh manusia, melainkan dari mengenali bentuk dan citra yang dibuat oleh otaknya yang diproyeksikan ke dinding. Para seniman prasejarah tersebut kemudian mengukir visi-visi yang tercipta di kepala mereka tersebut di dinding goa.
Gambar kemudian berkembang mengikuti perkembangan peradaban manusia menjadi sebuah karya seni dalam berbagai kategori. Lukisan, film dengan gambar bergerak (animasi) dan lain sebagainya.

Referensi:
BBC series, How Art Made The World
Berbagai sumber lain
Sumber gambar: www.wikipedia.org

Gerhana Cincin Terlama dalam Milenium

perigeeNetsains.Com - Anda mungkin termasuk yang beruntung apabila sempat menikmati GerhanaMatahari Cincin (GMC) pada tanggal 15 Januari 2010 lalu. GMC saat itu merupakan GMC yang terlama selama millenium ini. Akan terjadi yang lebih lama lagi pada 23 December, 3043. Mengapa bisa terlama ?
Secara grafis kondisi perigee dan Apogee berulang-ulang seperti yang tergambar dibawah iniBulan mengitari bumi bukan berbentuk lingkaran dengan jari-jari yang konstant tetapi berbentuk elips (ada jarak terjauh dan ada jarak terpendek. Jarak panjang-pendeknyapun tidak konstant. Sehingga goyangan bulan yang berputar ini mirip goyangan gasing yang terhuyung-huyung.
- Gerhana Matahari Cincin akan paling lama durasinya jika Bulan terletak pada posisi terjauh (apogee) dan Matahari pada posisi terdekat dengan Bumi (perihelion) shg tebal cincinnya maksimum (terjadi sekitar bln Desember-Januari)
- Sebaliknya Gerhana Matahari Total (GMT) akan paling lama durasinya jika Bulan pada posisi terdekat dengan Bumi (perigee) dan Matahari pada posisi paling jauh dari Bumi (aphelion) sehingga bulatan Bulan berselisih maksimal terhadap Matahari yang lebih kecil (terjadi sekitar bulan Juni-Juli).
Atau menunggu yang cukup akbar untuk Indonesia pada tanggal 9 Maret 2016. Kalau yang ini jangan dilewatkan. Jangan lupa !!  9 Maret 2016 Kota-kota yang akan dilewati GMT)pada tanggal 9 Maret 2016 nanti. Mulai dari Pekanbaru Palangkaraya, Banjarmasih, Balikpapan, Palu,Suasu, Bolaang, Poh, Ternate dan Kobe (Halmahera).
Bagi yang belum berkesempatan menyaksikan gerhana kemarin, insya Allah tahun 2016 bisa menikmatinya. Karena menurut perhitungan akan ada Gerhana Matahari Total – GMT melewati kota-kota besar Indonesia. Yang ini jangan sampai lupa 9 Maret 2016. Kalau masih tidak sabar menunggu hingga tahun 2016, bisa juga menengok gerhana matahari lagi yaitu 11 Juli 2010 nanti. Namun hanya nampak dari daratan Amerika Selatan dan Samodera Pasific Selatan. Gerhana pada bulan Juli ini berupa gerhana matahari total.
Gerhana Matahari Total 11 Juli 2010
Gerhana di atas mungkin kurang menarik karena sulit dilihat, karena hanya nampak di laut dan sebagian kecil Benua Amerika Selatan. Apakah Gerhana Matahari Total maupun Gerhana Matahari Cincin itu berulang setiap tahun atau sepuluh tahun ?
Gerhana memang terjadi akibat perputaran bumi, matahari dan bulan. Walaupun perputarannya sudah diketahui rumusannya namun uniknya gerhana matahari atau gerhana bulan tidak sekedar perulangan. Kalau toh terjadi perulangan dari siklus-siklus ini terjadi dalam waktu yang cukup lama lebih dari 100 tahun sehingga sulit dipahami oleh individu manusia. Karena terjadinya perulangan lebih lama dari masa hidupnya, serta perbedaan tempat dimana terjadinya gerhana juga berpindah-pindah.
foto:rovicky.files.wordpress.com/

Kisah-kisah Ajaib Seputar Matematika

gauss1Cerita-cerita ajaib dan membuat kita heran dapat ditemukan juga dari dunia matematika. Berikut ini merupakan kisah-kisah nyata yang diambil dari beberapa sumber.
Carl Friedrich Gauss
Carl Friedrich Gauss merupakan salah satu ilmuwan hebat dunia, ia juga diakui sebagai ahli matematika terbesar sepanjang masa. Hal ini cukup beralasan, sebab ia memang jenius sejak kecil. Pada saat Gauss berusia tiga tahun, ia berhasil menemukan kesalahan yang dilakukan ayahnya waktu sang ayah melakukan kalkulasi di bidang keuangan.
Gauss melakukan hal yang menakjubkan lagi saat ia berada di sekolah dasar. Pada waktu itu guru matematikanya meminta murid-murid menjumlahkan bilangan-bilangan dari 1 hingga 100. Ia melakukannya dengan harapan ia bisa beristirahat cukup lama sebelum melanjutkan pelajaran, namun ternyata Gauss berhasil menyelesaikan soal tersebut beberapa detik setelahnya. Gauss menyelesaikannya dengan cara yang unik: ia mengelompokkan bilangan dari 1 hingga 100 menjadi 1 dan 100, 2 dan 99, 3 dan 98, dan seterusnya hingga 50 dan 51. Jumlah setiap pasang bilangan adalah 101 dan ada 50 pasang bilangan, sehingga jumlah total bilangan adalah 50 x 101= 5050. Mantap.
Paul Wolfskehl
Ia bukan orang yang ahli matematika, melainkan orang industri dari Jerman. Lalu apa hubungannya dengan matematika?
Cerita Paul Wolfskehl ini lebih mengherankan lagi: hidupnya diselamatkan oleh matematika. Entah karena masalah percintaan atau karena penyakit yang dideritanya, suatu hari ia berniat mengakhiri hidupnya. Paul bahkan sudah merencakan tanggal dan pukul berapa ia akan bunuh diri dan menyiapkan pistol untuk kemudian diarahkan ke kepalanya. Beberapa jam sebelum ingin menembak dirinya, ia mengunjungi perpustakaan pribadinya dan menemukan sebuah makalah tentang teorema yang sangat terkenal: Fermat’s Last Theorem.
Ia mulai membaca, dan tidak membutuhkan waktu lama untuk ia tenggelam dalam kesibukannya. Bukannya memikirkan mengenai bunuh diri, ia sibuk berpikir bagaimana cara memecahkan persoalan yang ada pada makalah tersebut. Perjuangannya memecahkan soal memang akhirnya gagal, namun tepat setelah itu dia sadar bahwa waktu yang ia tentukan untuk menembak dirinya sudah lewat. Ia pun terkagum dengan keindahan yang dia alami dalam memecahkan persoalan dan membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Sebagai “balas jasa”, ia menyelenggarakan hadiah 100.000 Marks bagi siapa yang dapat memecahkan permasalahan Fermat’s Last Theorem. Hadiah ini kemudian dikenal dengan nama hadiah Wolfskehl.
George Dantzig
Jika dua kisah pertama belum membuat anda heran, bisa dipastikan anda akan takjub dengan cerita mengenai seorang ahli statistika dan riset operasional ini. Waktu menempuh studi Doktoral, George Dantzig terlambat menghadiri suatu kuliah. Dua soal sudah dituliskan di papan tulis sewaktu ia memasuki ruangan. Ia pun menyalinnya dan mengerjakannya sebagai tugas kuliah. Beberapa saat kemudian ia sadar bahwa soal tersebut bukanlah soal yang mudah…namun karena merasa bahwa itu adalah tugas ia tetap mengerjakannya. Dua soal itupun akhirnya selesai, lalu George mengumpulkannya ke dosen pengampu dan meminta maaf atas lamanya waktu yang dia butuhkan untuk menyelesaikannya dengan beralasan bahwa soal tersebut “sedikit lebih sulit daripada biasanya”.
Kira-kira enam minggu sesudahnya, sang dosen datang ke rumah George sambil tergopoh-gopoh membawa tugas yang ia kumpulkan. Si empunya rumah sempat merasa tidak enak dan berpikir bahwa ia sudah melakukan kesalahan, namun ternyata…? Sang dosen memberitahunya bahwa apa yang ia pecahkan adalah dua soal statistika terkenal tinggi yang belum terpecahkan oleh siapapun. George menjadi orang pertama yang berhasil memecahkannya dan pekerjaannya dirangkum menjadi sebuah makalah untuk kemudian dipublikasikan oleh sang dosen. Tidak berhenti sampai di situ, tahun berikutnya saat George bingung menentukan topic disertasi, sang dosen berkata bahwa penyelesaian dua soal tersebut akan diterimanya sebagai disertasi…
Kisah mengenai George Dantzig ini bahkan dipakai oleh seorang pendeta di masa itu sebagai bahan khotbah tentang kekuatan dari berpikir positif. Lebih lanjut lagi, sebuah film populer berjudul Good Will Hunting dibuat pada 1997 berdasarkan kisah George Dantzig.
Mencengangkan? Itulah serangkaian contoh bahwa dunia matematika pun bisa membuat kita terheran-heran…
Diambil dari beberapa sumber.
foto:www.wfu.edu

Pohon Natal

Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16.
Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.
Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain "evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya.
Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang ada di Rockefeller Center di 5th Avenue New York Amerika Serikat.



Legenda

Ada beberapa legenda/cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon natal.

Santo Bonifacius

Menurut sebuah legenda, rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifasius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis dalam perjalanannya bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon ek. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib Santo Bonifasius merobohkan pohon ek tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon ek yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.

Martin Luther dan pohon cemaranya

Cerita lain mengisahkan kejadian saat Martin Luther, tokoh Reformasi Gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.

Kontroversi

Terlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Bagi orang-orang yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tgl 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag. Perlu diketahui juga bahwa dewa-dewa matahari lainnya, seperti Osiris, dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada tanggal 27 Desember. Demikian pula Dewa matahari Horus dan Apollo lahir pada tanggal 28 Desember.
Maka dari itu ada aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai pemujaan dewa matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.
Hal itu mulai berubah, saat gambar Ratu Victoria dari Inggris, Pangeran Albert dari Jerman, dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara, diilustrasikan di London News. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar itu di media massa pun membuat pohon cemara menjadi pilihan lazim sebagai pohon Natal.

Tradisi

Setelah masyarakat AS mengikuti jejak Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara. Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal seperti bola-bola yang digantung, pernak-pernik Santa Claus, tinsel (semacam tali berumbai yang dililitkan ke pohon), dan lainnya.
Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tapi yang penting berbentuk cemara.
Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India, lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang.

Natal

Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya bagi umat Kristen. Setiap tahunnya umat Kristiani merayakan Natal pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.Namun sebenarnya kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember. Natal merupakan hari raya baru yang diadopsi dari tradisi Romawi, sebagai perayaan dies natalis solis invictus (hari kelahiran dewa matahari yang tak terkalahkan). Natal selalu dirayakan dengan pesta pora oleh para penyembah Dewa Matahari beserta teman-teman mereka yang beragama Kristen. [1]
Kemungkinan besar Yesus sebenarnya tidak lahir pada tanggal 25 Desember, hal ini dibuktikan dengan cerita tentang para gembala yang sedang menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember hingga Januari, daerah Timur Tengah justru mengalami musim dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu tersebut.
Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi Natal berasal dari tradisi pra-Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi Kristiani. Selain itu, peringatan Natal dalam tradisi barat (yang kian mendunia) ditandai dengan bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta datangnya Santa Claus atau Sinterklas.
Pada negara-negara yang berbahasa Arab, hari raya ini disebut dengan Idul Milad.

Kelahiran Yesus menurut Alkitab

Orang majus mengunjungi Yesus, diperingati pada Malam Kedua Belas setelah kelahirannya pada hari Natal. (Epifani)
Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab Matius (Matius 1:18-2:23) dan Lukas (Lukas 2:1-21).
Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang malaikat bahwa dia telah mengandung dari Roh Kudus tanpa persetubuhan. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke kota Betlehem untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh Agustus, Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah palungan (malaf)[2][3]. Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, Yudea, di kampung halaman Daud, nenek moyang Yusuf, memenuhi nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1-2. (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah Zebulon.)
Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatangan orang-orang majus dari Timur -- yang diduga adalah Arabia atau Persia -- untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di Yerusalem dan melaporkan kepada raja Yudea, Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat sebuah bintang -- yang sekarang disebut Bintang Betlehem -- menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesir untuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes Arkhelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazaret.
Sisi lain dari cerita kelahiran Yesus yang disampaikan oleh kitab Injil adalah penyampaian berita itu oleh para malaikat kepada para gembala. Beberapa nyanyian Natal menyebutkan bahwa para gembala itu melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas kota Betlehem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarawan telah berusaha menjelaskan gabungan sejumlah peristiwa angkasa yang dapat ditelusuri yang mungkin dapat menerangkan penampakan bintang raksasa yang tidak pernah dilihat sebelumnya itu, namun mereka tidak mencapai kesepakatan tentang hal ini [1]. Penampakan bintang itu sebenarnya menurut Alkitab untuk membantu para orang majus mengetahui letak di mana Yesus dilahirkan agar kemudian dapat melaporkan kepada Herodes. Tetapi karena niat Herodes yang jahat, para orang majus tidak kembali melaporkan kepada Herodes.

Asal-mula peringatan Natal

Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal.

Tanggal

Yusuf, Maria, dan bayi Yesus
Sudah bisa dipastikan tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya dipadang rumput. (Injil Lukas 2:8). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi.
Dalam tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama Kristen tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, Paus Julius I memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama.
Pendapat lain mengatakan bahwa hari Natal ditetapkan jatuh pada tanggal 25 Desember pada abad ke 4 oleh kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I. Tanggal 25 Desember tersebut dipilih sebagai Natal karena bertepatan dengan kelahiran Dewa Matahari (Natalis Solis Invicti atau Sol Invictus atau Saturnalia) yang disembah oleh bangsa Romawi. Perayaan Saturnalia sendiri dilakukan oleh orang Romawi kuno untuk memohon agar Matahari kembali kepada terangnya yang hangat(Posisi bumi pada bulan Desember menjauh dari matahari, seolah-olah mataharilah yang menjauh dari bumi).
Oleh karena itu, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal, yaitu aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Seventh Day Baptist (Gereja Baptis Hari Ketujuh), Saksi-Saksi Yehuwa, United Church of God (Perserikatan Gereja Tuhan), Messianic Judaism (Yahudi Mesianik), dan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia (Unitarian Indonesian Church).
Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen pada umumnya sepakat untuk menetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain seperti paskah dan Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, dimana yang terpenting bukanlah ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari.

Tahun

Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan sekarang ini disebut juga anno Domini (Tahun Tuhan).
Bagaimana ia bisa mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Romawi itu adalah tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Di samping itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan program sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang bernama Flavius Josephus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 sebelum Masehi sehingga konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Tapi teori ini pun tidak benar, sebab ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun 4 sebelum Masehi, tetapi para ilmuwan sekarang telah membuktikan bahwa gerhana bulan tersebut terjadi bukan pada tanggal tersebut diatas melainkan pada tanggal 9 Januari tahun 1 SM.

Selasa, 21 Desember 2010